Jumat, 16 Desember 2011

Menganalisis cerpen "cinta" dari sisi Estetika dan Ektrinsik dari sisi Sosial



Daftar isi
Kata Pengantar
1.1 Pembahasan
A. Menelaah cerpen “ Cinta....”
I. Dari sisi Estetika
a. Bahasa
b. Isi cerita
c. Bentuk cerita
d. Nilai atau makna
e. Suasana cerita
II. Ektrinsik dari sisi Sosial









A. Menelaah cerpen “Cinta....“ dari sisi Estetika

Sebelum menelaah cerpen yang berjudul “cinta...” dari sisi Estetiknya, sebaiknya saya jelaskan dahulu pengertian estetik dalam sebuah karya yang berbentuk cerpen ini. Dan indikator Estetik apa saja yg ada dalam menelaah sebuah cerita. Estetika dalam sebuah cerita sangat penting untuk dinilai, adakah didalam sebuah cerita yg dihasilkan oleh pengarang bersifat Estetik? Tentu, karena apapun karya cipta yang dihasilkan oleh manusia atau seorang pengarang tentunya pasti ada mengandung unsur Estetik atau Keindahan.
Estetika adalah suatu kata yang berasal dari bahasa yunani “aisthetika” yang berarti sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra. Sedangkan Estetika dalam Prosa ialah sesuatu yang indah, mengagumkan, menyenangkan, serta mengenbalikan ingatan masalalu seseorang setelah mengalami dan menikmati sebuah karya sastra.
Setalah memahami pengertian Estetika diatas, barulah kita dapat menelaah sebuah cerpen yang berjudul “cinta....”
Sebelum itu, kita harus tahu dulu apa saja indikator yang menyangkkut Estetika dalam sebuah karya cipta, supaya kita bisa mengamati dan menelaah karya tersebut.
Adapun indikator Estetika yang patut kita pandang ialah :
1. Dari segi Bahasa
2. Isi cerita
3. Bentuk cerita
4. Nilai atau makna yang terkandung dalam cerita
5. Suasana cerita
Setelah mengetahui indikator Estetik tersebut, barulah kita dapat menelaah cerpen “cinta....” melalui indikator-indikator tersebut.
Sekarang, mari kita lihat sinopsis cerpen “cinta...” dibawah ini.

“Cinta....”

Seorang suami yang menceritakan tentang kehidupan rumah tangga yang dijalaninya bersama istri. Mereka sama-sama seorang pekerja kantoran, Cuma yang menjadikan persoalan didalam pekerjaan mereka ialah masalah gaji. Bahwa gaji istri lebih besar dari suaminya. Sebenarnya sang suami tidak senang melihat pekerjaan istrinya, karena dari sudut pandang sang suami bahwa cara istrinya adalah salah. Seperti kalimat berikut “ ya, dimataku cara mama itu salah.” Bukan itu saja yang menjadi pertengkaran saat itu. Mulanya berawal dari sang suami bilang “ dikantorku ada seorang perempuan cantik bernama Ela.” Ya, si istri merasa dibanding-bandingkan dengan ucapan yang menurutnya sang suami memuja perempuan yang bernama Ela.Dari sisi lain sang suami juga mengungkit tentang kedekatan pimpinan yang bernama Dony,memang Dony merupakn masalalu dari sang istri yaitu sebagai mantan kekasih. Pertengkaran terus saja berlanjut, memecahkan kesunyian malam itu. Keadaan menjadi bertambah menegangkan, karena mereka saling mengungkit-ngungkit yang menjadi persoalan yang membuat mereka terus saling menyalahkan.

a. Bahasa

Dilihat dari segi bahasa, cerpen yang berjudul “cinta...” ini oleh pengarangnya menggunakan logat atau gaya bahasa jawa, meskipun semua kalimat tidak menggunakan bahasa jawa asli, tapi gaya bahasa cerpen ini menunjukkan tokoh yang ada dalam cerita ini adalah orang jawa.
Dapat dilihat dari kalimat berikut :
“wong, aku Cuma bilang si Ela cantik, kok bicaramu sengak begitu,”
Keindahan dari segi bahasa dapat terlihat disini. Meskipun, bahasa yang digunakan dalam gaya bahasa jawa, tetapi ceritanya mudah dimengerti karena bahasanya juga tidak sulit untuk dimengerti. Hanya gaya bahsa atau logatnya saja yang menjadi ciri khas cerpen “cinta...” ini.

b. Isi cerita

Seperti yang saya jelaskan diatas yaitu sinopsis cerpen “cinta...” bahwa, isi dari cerpen “cinta...” ini menceritakan tentang pertengkaran suami-istri. Dalam cerpen “cinta...” banyak dialog-dialog yang menunjukkan kalimat pertengkaran.
Seperti kalimat berikut :
Suami : “kamu kenapa sih, ma?”
Istri : “Memangnya, aku kenapa?” jawabnya dengan nada tinggi.
Suami : “Sadar gak sih, kalau akhir-akhir ini kamu selalu sengak sama aku? setiap ucapan kamu tanggapi dengan sinis....”
Hampir setiap dialog mengandung kalimat pertengkaran, karena isi cerita ini memang sedang mendebatkan hal-hal yang mengundang pertengkaran. Baik itu, masalah pekerjaan, kehidupan sebelum menikah, cemburu, sampai bawa-bawa kepersoalan orang tua.
Keindahan dari segi isi cerita ialah setiap dialog yang mengandung kalimat pertengkaran membuat cerita ini menampakkan sisi ketegangan, ketegangan disini maksudnya ialah bahwa pada akhir dialogpun kalimat tetap dalam suasana memanas dan membuat saya merasa tegang dan ingin tahu, apa akhir dari cerita ini. Dan ternyata diakhir ceritapun, mengungkapakn saling tak ingin mengalah satu sama lainnya dan menunjukkan kesinisan para tokoh didalam cerita.

c. Bentuk cerita

Bentuk cerita yang berjudul “cinta..” merupakan sebuah cerpen atau cerita pendek. Yang memiliki alur, penokohan, perwatakan, konflik, dan latar.
keindahan dari bentuk cerita jelas, karena cerpen merupakan karya sastra yang mempunyai nilai-nilai estetik atau keindahan. Selain dapat menghibur para pembaca, cerpen juga banyak digemari sebagai hobi membaca atau sekedar mengisi waktu luang. Jadi, setiap karaya cipta atau karya sastra yang dihasilkan oleh manusia merupakan suatu seni yang mengandung keindahan didalamnya. Apapun itu bentuk karya sastra, pastilah karya itu mengandung Estetika atau keindahan.

d. Nilai atau makna cerita

Adapun nilai atau makna yang dapat saya amati dalam cerpen ini ialah, ada nilai positif dan negatifnya didalam cerpen ini. Biar lebih enak, saya bahas nilai negatifnya dulu. Pertengkaran merupakan hal yang negatif yang tak seharusnya terjadi jika saling mengerti dan memahami. Siapa, bagaimana dan untuk siapa aku? Begitulah seharusnya kita melihat, diri kita disaat kita telah menjadi apa, Supaya pertengkaran seperti yang diceritakan didalam cerpen tidak terjadi. Pertengkaran oleh suami istri seperti yang terlihat dalam cerpen “cinta...” ini bernilai negatif, karena sebagai suami-istri tentunya sudah memiliki anak. Tentu ini membuat anak kurangnya mendapat perhatian dan kasih sayang yang maksimal, karena tentu saja yang menjadi bahan perhatian bukan sang anak lagi. Tapi, sibuk dengan masalah yang menjadi perdebatan, kerjalah, gak sadar dengan tanggung jawablah dan sebagainya, sehingga si anak merasa terabaikan. Sudut pandang saya sebagai seorang pembaca, tentu ikut merasakan dan membayangkan bagaimana suasana cerita ini. Tak ada yang mau mengalah, keduanya merasa diposisi yang menurut mereka, Benar. Keegoisan tokoh didalam cerita ini sangat menonjol, sama-sama keras kepala.
Adapun nilai positif yang patut kita ambil dalam cerita ini ialah, Untuk menjaga sesama manusia yang saling mempunyai perasaan, Hal yang perlu kita fikirkan ialah Ucapan. Dalam berucap atau menyampaikan sesuatu perlu kita fikirkan, apakan kata-kata,kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut kita ini menyinggung, menyebab pertengkarankah, atau lebih keperasaan apalagi seperti cerita dicerpen ini tentang suami-istri. Seperti yang diucapkan suami kepada istri “ tadi dikantor,ada perempuan cantik bernama Ela”,bukan itu saja dia menambahkan “cantik sekali, kaya’ Tamara Blezensky”. Kalau difikir-fikir, kenapa sisuami berkata demikian kapada sang istri. Padahal, ucapan itu sangat tak enak didengar apalagi oleh istri. Mungkin ada tujuan tertentu sang suami mengatakan hal demikian, membuat sang istri cemburu, Mungki!
Meskipun demikian, dan apapun tujuannya mengatakan hal semacam itu apalagi memuja wanita lain dan itu langsung dikatakan didepan istri. Jelas, itu akan menimbulkan kecurigaan dan bisa-bisa memancing pertengkaran. Oleh karena itu, Saling menjaga perasaan perlu dilakukan demi tercitanya suasana nyaman dan damai. Nah, nilai positifnya dapat dilihat dari sini, kita dapat membalikkan pikiran kita setelah membaca cerpen ini, bukan mencotoh hal yang negatifnya yaitu kurangnya saling menghargai. Dan, tidak menyadari perannya masing-masing. Dan tak seharusnya semua masalah itu diselesaikan dengan pertengkaran, karena pertengkaran tambah memperburuk suasana. Terbuka, bukan berati membuat pertengkaran. Tapi, Seharusnya dibicarakan dengan kepala dingin. Dengan begitu, Anak juga dapat mencontoh dari orang tua bagaimana cara mengatasi masalah dengan benar, bukan dengan pertengkaran.

e. Suasana cerita

Pada awal paragraf Cerpen “Cinta...” ini sudah jelas sekali terlihat. Paragraf tersebut ialah “ Tukang mie dok-dok sudah ada ditikungan jalan. Sesekali bunyi “dok....dok”-nya yang khas itu memecahkan kesunyian. Kami masih saja terdiam, Dira—istriku—juga terdiam”.
Dan suasana ini terjadi diwaktu malam. Kesunyian, penjual mie dok-dok semua ini menunjukkan suasana dimalam hari.

B. Menelaah Cerpen “Cinta....” dari faktor Ektrinsik yang dilihat dari sisi Sosial

Jika dihubungkan dengan maslah sosial, bahwa sosial itu sendiri ialah behubungan dengan kemasyarakatan, saling tolong menolong, dan saling menghargai sesama manusia. Adapun faktor yang mempengaruhi kehidupan sosial ialah, Lingkungan, Pendidikan, fisik dan moral.
Seperti yang tergambar dalam cerpen “cinta...” ini, sebelum nya Dira—istri, merupakn lingkungan yang memiliki kehidupan yang berada, sedangkan suami biasa saja. Lingkungan seperti ini sangat membentuk kepribadian seseorang, seperti dira—istri,yang sebelumnya merasakan kebiasaan hidup enak dan mewah. Sedangkan setelah menikah, dira merasa pendapatan suaminya kurang dan gak pernah merasa cukup. Keluhan-keluhan seperti ini yang selalu menjadi pertengkaran. Dengan demikian, karena merasa tak pernah cukup. Dirapun ikut mencari nafkah, dengan dalih membantu pemasukan sang suami, ya tentu saja pekerjaan rumah jadi terabaikan. Apalagi, dira merasa dirinya sangat membantu karena gaji dira lebih besar dari sang suami. Tentu ini menjadi persoalan Moral, dira tak lagi terbentuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang mengurusi suami, anak-anak dan rumah. Disini dapat juga kita lihat, bahwa faktor kebutuhan dari tijauan sosial juga membentuk seseorang menjadi kurang kepedulian terhadap lingkungan bahkan orang-orang terdekat. Kenapa demikian? Padahal tentu dira seorang yang berpendidikan, seharusnya dira menjadi orang yang lebih peka terhadap lingkungan apalagi dira seorang istri dan juga seorang ibu. Tapi jika diamati, yang menjadikan dira seperti itu ialah kebiasaan dengan lingkungan ketika dira masih tinggal bersama orang tua dan memiliki kehidupan yang berada. Ketidak puasan dari manusia itu sendiri yang mebuat manusia jadi lupa diri, lupa akan tanggung jawab dan peranan masing-masing. Suami merasa tidak puas dengan peranan istri sebagai ibu rumah tangga, begitu juga istri merasakan hal yang sama. Jika kita lihat dari segi ketidakpuasan, maka sampai kapanpun manusia takkan pernah merasakan puas. Tapi setidaknya, belajar menerima lebih daripada mencari kepuasan dengan jalan yang salah. Seperti lupa akan tanggung jawab dan peranan, ini sudah melupakan kesalahan. Mungkin,dari segi materi terpuaskan, Tapi lupa akan tanggung jawab dan mengabaikan orang yang dekat dengan kita. Apa ada kebaikan disitu? Semua terlihat berantakan dan kacau, karena semua sibuk mengurusi diri sendiri dan pekerjaan masing-masing.
Sisi Sosial Yang tercermin dalam cerpen “cinta...” ini, ialah kurangnya saling menghargai, lingkungan masa lalu membuat dira—istri banyak menuntut agar terpenuhi yang namanya kepuasan. Sampai dira—istri lebih memilih bekerja dari pada mengurus rumah.
Untuk itu, jangan jadikan kebutuhan harus memenuhi yang namanya tingkat kepuasan. Karena jika dikaji dari sisi kepuasan, takkan ada tingkat kepuasan itu. Karena yang namanya manusia, yang masih bernyawa takkan pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki. Tergantung dari segi bagaimana dan harus bagaimana kita memenuhi itu semua. Kembali keidiri masing-masing, jangan sampai demi meraih kepuasan kita mengabaikan kewajiban dan tanggung jawab.